Oleh : Idris Ahmad Rifa'i
Tulisan ini diilhami dari tweet seorang filsuf Indonesia, penulis, pendiri Gerakan Islam Cinta dan sekaligus sebagai direktur utama PT Mizan yaitu Dr.Haidar Bagir. Dalam sebuah cuitannya Haidar Bagir mengupload sebuah gambar yang berisikan tulisan:
“Berkata sebagian salaf: Adakalanya seorang hamba berbuat dosa, namun masuk surga. Dan adakalanya seseorang mengerjakan ketaatan, namun masuk neraka. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Hal ini karena orang yang berbuat dosa, maka seolah-olah dosa itu dihadapan matanya. Ketika ia berdiri, duduk, maupun berjalan, ia selalu ingat akan dosa tersebut sehingga membuat hatinya luluh, bertaubat, memohon ampunan kepada Allah, dan menyesali perbuatannya. Hal inilah yang menjadi sebab keselamatannya. Adapun orang yang berbuat kebaikan, seakan-akan kebaikan itu selalu tampak di hadapan matanya. Ketika ia berdiri, duduk, maupun berjalan, ia selalu ingat akan kebaikannya tersebut sehingga membuatnya takabbur, ujub dan merasa telah mendapatkan karunia. Hal itulah yang menjadi sebab kebinasaannya”
Sebagai seorang santri yang baru faham kitab ta’lim al-muta’allim saya teringat akan hadits Nabi yang dinukil oleh Imam al-Zarnuji dalam kitab tersebut “kam min ‘amalin yatashawwaru bi shurati a’mali al-dunya fayashiru a’mal al-akhiroh bi husni al-niyyat. Wa kam min ‘amalin yatashawwaru bishurati a’mal al-akhiroh bi sui al-niyyat yashiru a’amal al-dunya.” Banyak sekali amalan-amalan yang menggambarkan amalan dunia namun justru menjadi amalan akhirat sebab baiknya niat. Dan betapa banyak amalan-amalan yang menggambarkan amalan akhirat, namun dengan buruknya niat justru menjadi amalan dunia belaka (sia-sia).
Dari hadis tersebut sebenarnya memberikan motivasi sekaligus ancaman. Motivasi bagi orang-orang yang waktunya banyak terfokus untuk bekerja, sementara sholat dan ibadah semisalnya hanya bisa pas-pasan. Sebab jika diniatkan ibadah, amalan-amalan tersebut akan menjadi amalan akhirat. Namun juga bisa menjadi ancaman, bagi orang-orang yang lebih banyak waktunya diluangkan untuk ibadah yang seolah-olah amalan akhirat, sholat lima waktu plus sunahnya tidak tertinggal, puasa senin-kamis tidak pernah telat, shodaqoh tak pernah putus dan sebagainya, namun karena buruknya niat (semisal hanya untuk dipuji di hadapan manusia) sungguh amalan itu menjadi amalan dunia, atau hanya sia-sia belaka.
Maka jangan pernah bangga dengan amalan ibadah yang telah dikerjakan, sebab hanya sang-Maha Kuasa yang menilai dan menentukan. Sebaliknya jangan pernah menghina terhadap orang yang seolah-olah banyak berdosa, sebab bisa jadi dosanya itulah yang menyebabkan ia bertaubat dan terus-menerus meneteskan air mata memohon ampunan kepada Allah dalam setiap tindakannya.
Diakhir, mengutip apa yang disampaikan oleh Prof Nadirsyah Hosen dalam sebuah tulisannya “Siapa yang merasa dekat dengan Tuhan, makan Tuhan akan menjauh darinya. Siapa yang merasa suci, maka sejatinya dia sangat kotor”.
Sebagaimana yang Allah firmankan : Fala tuzakkuu anfusakum, wa huwa a’lamu biman ittaqa “Janganlah diri kalian merasa suci, sedangkan hanya Ia-lah yang lebih mengetahui siapa orang-orang yang bertaqwa”
Maka biarlah ibadah itu menjadi rahasia kita dan Allah semata...
No comments:
Post a Comment
TINGGALKAN PESAN/SARAN/KOMENTAR ANDA DI BAWAH INI;