Santri Dan Muthala'ah

Oleh : Kang Santri
AHMC/NRF


Kata muthala'ah berasal dari bahasa arab ( طالع ) yang berarti membaca, membaca dengan teliti, menelaah. Sedangkan menurut istilah, muthala'ah berarti kegiatan menelaah sebuah pelajaran secara teliti dan mendalam.


Muthala'ah akan sangat akrab jika disandingkan dengan kata santri. Bukan tidak beralasan, sebab pada kenyataannya santri memang dididik dan diajarkan untuk selalu muthala'ah kembali terhadap pelajaran yang telah ia lalui.
Muthala'ah tidak sebatas oleh dan untuk santri, para Masyayikh dan Asatidzpun melakukannya sebelum mengajarkan materi di kelas atau hanya untuk sekedar mudzakaroh. Tradisi semacam ini, tentu sangat dibutuhkan dan patut dipertahankan. Karena dengan banyak mendalami materi sebuah bab pelajaran, akan membuat pembacanya sadar dari luasnya ilmu itu.

Syekh Alwi bin Ahmad As-Segaf sebagaimana dilansir Menyingkap Rahasia Qalbu telah menjelaskan tentang metode muthala'ah ini dengan memperhatikan beberapa point penting, yakni :

1.Terjemahkan secara benar apa yang anda baca dengan melihat kosa kata yang ada, selain itu juga harus memperhatikan susunan kalimahnya (tarkib).

2.Definisikan (tashowur) istilah-istilah yang tercantum disitu dengan mencari batasan-batasannya, misalnya di Fathul Qorib ada ibarat :
ولا يجوز فى غير ضرورة لرجل او امرأة استعمال شيء من اوانى الذهب والفضة
coba tangkaplah pengertian dari lafadz ولا يجوز yang dimaksud disini apakah haram atau makruh dan coba tangkap pengertian ضرورة kondisi bagaimana yang diktegorikan dlorurot ?

3.Kemudian pahamilah ibarat tersebut dengan pemahaman terbalik (mafhum mukholafah) misal ibarat diatas dikatakan “Fi ghoiri dlorurotin” dengan demikian kalau dalam kondisi dlorurot berarti boleh. Disitu juga dikatakan “Min awani al-dzahab wal fiddoti” berarti selain bejana diperbolehkan, begitu juga bejana yang terbuat dari bahan selain emas dan perak.

4.Bantahlah “materi keterangan” yang sedang anda baca kemudian perkuatlah dengan “argument-argumen” yang melemahkan. Kemudian perkuatlah “titik-titik kelemahan tersebut” dengan “argument-argumen” yang memperkuat, begitu seterusnya.

5.Aktualisasikan dengan kondisi disekitar anda. Misalnya anda membahas pembagian air. Coba hubungkan dengan hukumnya air aqua, air ledeng hasil penyulingan, air kelapa misalnya tergolong yang mana ? anda membahas tentang jarak yang memperbolehkan qoshor sholat disana dijelaskan dalam jarak 16 farsakh. Coba anda aktualkan dengan ukuran kilo meter misalnya.
Begitulah penjelasan beliau.

Jika melihat kondisi para generasi saat ini pada umumnya, mereka lebih memilih menghabiskan waktu untuk bermain gadget yang tidak berkaitan dengan edukasi maupun pendidikan.

Melemahnya minat untuk membaca dan menulis dirasa cukup memprihatinkan belakangan ini. Terlebih kemajuan teknologi yang salah guna, disebabkan pengawasan orang tua dan keluarga yang kurang begitu peduli, telah mejadikan para generasi penerus bangsa ini semakin asyik dengan Media Sosial dibanding membuka buku pelajaran.(NRF)

Share:

No comments:

Post a Comment

TINGGALKAN PESAN/SARAN/KOMENTAR ANDA DI BAWAH INI;